Festival 'Hinamatsuri' Boneka Yang Juga Merupakan ‘Hari Anak Perempuan’ Di Jepang
Tanggal 3 Maret selalu diperingati di Jepang sebagai Hinamatsuri atau Festival Boneka, yang juga merupakan Hari Anak Perempuan atau Girl’s Day. Ini adalah hari dimana semua orang berdoa untuk pertumbuhan dan kebahagiaan bagi seluruh anak perempuan di Jepang. Tanggal 3 Maret ini juga diperingati sebagai hari Momo no sekku (Peach Festival) karena saat ini merupakan musim bunga persik pada kalender lunar tua. Tanggal 5 Mei adalah Kodomo no hi (Children’s Day) yang disebut sebagai Festival Anak Laki-laki atau Boys Festival. Sementara Children’s Day ditetapkan sebagai hari libur nasional, Hinamatsuri tidak.
Hina-ningyo
Hampir semua keluarga yang memiliki anak
perempuan akan menempatkan serangkaian boneka khusus untuk perayaan
Hinamatsuri yang disebut Hina-ningyo, dan mempersembahkan
bunga-bunga persik untuk mereka. Boneka-boneka tersebut biasanya diatur
berjajar sebanyak lima atau tujuh tingkat berjenjang dan dengan alas
sebuah kain karpet berwarna merah. Di barisan paling atas adalah Kaisar dan Permaisuri. Di bawahnya merupakan tiga wanita istana (sannin-kanjo), diikuti oleh lima musisi kerajaan (gonin-bayashi), dua menteri (udaijin dan sadaijin),
dan tiga pelayan di baris terbawah dari tampilan Hina-ningyo berjenjang
lima. Dalam barian boneka-boneka itu juga biasanya terdapat beberapa
benda lain seperti perabot kecil, makanan dan alat-alat makan kecil dan
lainnya.
Boneka-boneka tersebut mengenakan kostum indah istana kuno dari periode Heian (794-1185). Kostum untuk Kaisar disebut “juuni-hitoe”
(jubah upacara 12 lapis). Hingga saat ini, juuni-hitoe masih dikenakan
dalam upacara pernikahan keluarga kerajaan. Yang paling baru, Putri Masako
mengenakannya pada pernikahan Putra Mahkota pada tahun 1993 silam. Saat
mengenakan juuni-hitoe, tatanan rambut yang harus digunakan adalah
tatanan rambut yang dikumpulkan di leher untuk menggerai ke daerah
punggung (subekarashi), dan sebuah kipas yang terbuat dari kayu cemara Jepang digenggam oleh tangan.
Satu set boneka tradisional ini bisa
berharga sangat mahal. Ada berbagai kelas untuk satu set boneka itu, dan
beberapa jenis set penuh bisa berharga lebih dari satu juta yen.
Kecuali ada satu set yang diturunkan dari generasi ke generasi,
kakek-nenek atau orangtua membeli satu set boneka itu untuk seorang
gadis saat perayaan Hinamatsuri pertama gadis itu (hatsu-zekku).
Namun, karena kebanyakan orang Jepang tinggal di rumah kecil, versi
pasangan kerajaan (Kaisar dan Permaisuri) menjadi populer akhir-akhir
ini. Ada sebuah takhayul yang menyebutkan jika kita tidak menyimpan
boneka hina-ningyo segera setelah perayaan tanggal 3 Maret, anak gadis
mereka akan mengalami pernikahan yang sangat terlambat.
Terdapat beberapa hidangan khusus untuk perayaan ini. “Hishimochi” adalah kue beras berbentuk persegi empat, dengan warna merah (atau pink), putih, dan hijau. Warna merah berguna untuk menghalau roh jahat, putih adalah untuk kemurnian, dan hijau adalah untuk kesehatan. “Chirashi-zushi”, “sakura-mochi” (kue beras berisi pasta kacang merah dengan daun ceri), “hina-arare” (permen keras dari kue beras) dan “shirozake” (sake putih) juga sering disajikan.
Hinamatsuri berasal dari praktek Cina kuno dimana dosa tubuh dan kemalangan dialihkan kepada sebuah boneka, dan kemudian dihapuskan dengan cara meninggalkan boneka tersebut di sebuah sungai. Kebiasaan seperti itu bernama “hina-okuri” atau “nagashi-bina”, dimana orang-orang menghanyutkan boneka-boneka kertas di sungai pada sore hari tanggal 3 Maret, yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Jepang hingga saat ini.
lebih lengkapnya klik Japanesestation
0 Response to "Festival 'Hinamatsuri' Boneka Yang Juga Merupakan ‘Hari Anak Perempuan’ Di Jepang"
Posting Komentar